Awal dari perjalanan iman yang luar biasa
Dalam Kandungan Paroki Kemakmuran
Berawal pada tahun 1960 terbersit pemikiran untuk hadirnya sebuah tempat ibadah bagi umat yang tinggal di Grogol, Tomang, Jelambar, Tanjung Duren, Kedoya dan Kebon Jeruk. Sesungguhnya daerah ini masuk dalam teritori Paroki Kemakmuran – gereja Bunda Hati Kudus. Namun karena jarak yang cukup jauh dan sebagian besar umat perlu menggunakan kendaraan umum (yang masih terbatas jenis dan jumlahnya) minimal 2 kali dan gereja Bunda Hati Kudus sudah terasa amat sempit untuk menampung umat yang bertambah banyak, maka dimulailah usaha merealisasikan gagasan tersebut. Beberapa tokoh umat yaitu MJ Oentoe, A Boediman, Pandisurya, Handidjaja dipilih untuk mengkoordinasi perwujudan tempat ibadah ini.
Lahirnya “Sang Calon Paroki”
Usaha tekun dan doa – doa yang dipanjatkan umat Grogol mulai menemui titik cerah di tahun 1962. Melalui kemurahan hati keluarga RS Toemiwa yang merelakan rumahnya di Jl. Makaliwe III no 5 sebagai tempat beribadah, umat Grogol bisa beribadah tanpa harus berjalan jauh ke Paroki Kemakmuran.
Minggu, 26 Agustus 1962 menjadi hari yang membahagiakan bagi umat Grogol, dimana untuk pertama kalinya diadakan Perayaan Ekaristi Minggu yang dipimpin oleh Pastor Brouwers MSC.
Sejak saat itu, setiap hari Minggu diadakan Misa rutin di sana, bahkan karena bertambahnya jumlah umat yang mengikuti misa, jumlah misa bertambah menjadi dua kali. Dan Pastor H. Brockker MSC ikut ditugaskan berkarya di Grogol.
Pertengahan tahun 1963, Umat Grogol menerima beberapa “hadiah kejutan” dari KAJ. Hadiah pertama berupa Surat Keputusan Uskup KAJ no 82/B 6 –Grogol/1963 bertanggal 28 Maret 1963 dan ditandatangani oleh MGR Adrianus Djajasepoetra SJ tentang penetapan Stasi Grogol. Hadiah ini ditindaklanjuti dengan pembelian rumah di Jalan Makaliwe III gg 2 no 23 sebagai Pastoran. Sejak saat itu, Pastor yang berkarya di Grogol tidak lagi tinggal di Pastoran Kemakmuran sehingga umat lebih mudah dan cepat mendapatkan pelayanan Pastoral dan Sakramen.
Hadiah kedua yang tidak kalah menggembirakan adalah sebidang tanah seluas 20.730 m2 di daerah Jelambar, tepatnya Jl. Satria IV Blok C no. 68, yang dipersiapkan sebagai lokasi gereja bila Paroki didirikan,
Dan hadiah ketiga berupa Surat Keputusan no 83/B 11 – 4/1963 tentang izin tarekat Suster PBHK menyelenggarakan kegiatan persekolahan di sebagian lahan tanah yang sudah dipersiapkan sebagai lokasi gereja. Bapak Uskup berharap bulan Agustus 1963 proses belajar mengajar sudah dapat berlangsung.
Usaha Dijalani, Doa Menyertai, Tuhan yang Menyempurnakan
Permintaan Bapak Uskup berhasil diwujudkan, bahkan bukan sekedar proses belajar mengajar dimulai, tetapi proses pendirian Paroki juga dimulai. Minggu 9 Agustus 1964, untuk pertama kalinya Misa Minggu diselenggarakan di Jelambar dengan meminjam ruang kelas sekolah. Misa yang dipersembahkan oleh Pastor Brockers MSC diselenggarakan dengan amat sederhana.
Beberapa hari kemudian, tepatnya 12 Agustus 1964, diadakan penerimaan Sakramen Baptis oleh Pastor Brouwers MSC, sekaligus merupakan penanda lahirnya Paroki Grogol. Secara Administratif, KAJ meresmikannya dalam Surat Keputusan No 98/B5 – Grogol/1965 tentang Pengangkatan dan Pengesahan Pengurus Gereja dan Dana Papa Paroki Grogol tertanggal 17 Maret 1965.
Gedung gereja sendiri mulai dibangun pada bulan Juli 1967 dibawah kepemimpinan Pastor H. Kemper MSC dan rancangan Dr. Ir. Bianpoen. Bangunan dengan arsitektur khas ini diberkati oleh Mgr Leo Soekoto SJ, uskup Keuskupan Agung Jakarta pada hari Raya Kristus Raja 1970. Gedung gereja dan Paroki Grogol memilih St. Kristoforus sebagai pelindungnya. Santo yang merupakan pelindung orang – orang yang mengalami bencana kebanjiran, kecelakaan dalam perjalanan, atau terkena wabah penyakit. Hal ini sesuai dengan keadaan di daerah Grogol yang sering dilanda banjir. Patung Santo Kristoforus memanggul kanak-kanak Yesus di pundaknya, yang merupakan hasil pahatan Pastor Boelaars, MSC, berdiri di depan Gereja, menjadi saksi bisu banjir selama ini.
Guna melengkapi sarana kebutuhan peribadatan, Pastor H. Kemper, MSC juga membangun Gua Maria di samping belakang Gereja pada akhir tahun 1970-an. Sedangkan Aula Paroki dibangun pada awal tahun 1980-an. Pada tahun 2001, Pastor Arkadius J.S., MSC merintis pembangunan lonceng Gereja yang didatangkan dari Belanda, dan kini berdentang setiap hari pada pukul 06.00, 12.00, dan 18.00.
Karena jumlah umat yang terus berkembang, Paroki Grogol menambah kapasitas Gereja Santo Kristoforus menjadi 1.200 tempat duduk, dengan menjadikan halaman kiri, kanan, dan depan Gereja sebagai bagian dari bangunan utama yang dapat diduduki.
Paroki Grogol : Induk dua Paroki dan satu Stasi
Dalam perkembangannya, Paroki Grogol mengalami dua kali pemekaran yaitu pada tahun 1974 melahirkan Paroki Tomang – Gereja Maria Bunda Karmel yang mencakup wilayah Kebon Jeruk serta pada tahun 1986 melahirkan Paroki Kedoya – Gereja St. Andreas.
Pada tahun 2001, keluarga Matius Sanusi Satyananda menghibahkan tanah dan rumah di Jalan Nurdin IV No. 3 kepada Paroki Grogol untuk dijadikan Kapel. Kini di atasnya berdiri gedung Gereja Stasi Santo Polikarpus berkapasitas 700 tempat duduk, yang diresmikan oleh Mgr. I Suharyo, Uskup KAJ, pada 2011. Dengan kapasitas gabungan 2 Gereja itu, setiap Sabtu-Minggu, Paroki Grogol dapat menyelenggarakan 10 kali misa terjadwal, masing-masing 7 kali di Gereja Santo Kristoforus, dan 3 kali di Gereja Stasi Santo Polikarpus.
Menampilkan kasih Yesus lewat Yayasan Sosial
Dalam pelayanan kepada umat dan masyarakat umum, Paroki Grogol juga mendirikan 3 Yayasan Sosial yaitu Yayasan Kematian Katolik Santo Yusuf (1972); Yayasan Rukti Husada dengan Balai Kesehatan Masyarakat yang melayani pengobatan gigi, serta pemeriksaan kesehatan dan pengobatan umum (1975); dan Yayasan Diannanda (1985) dengan persekolahan Santo Kristoforus unit I (di Jelambar) dan unit II (di Taman Palem, Cengkareng).
Tugas Generasi Pewaris
Sekarang, 55 tahun sudah dilalui, usia yang cukup matang bagi sebuah Paroki dengan kurang lebih 13 ribu umat, untuk memperbarui Gereja baik secara fisik, terlebih rohaninya dalam mewartakan kabar sukacita bagi sesama.
Gembala yang Melayani Umat